Blogger Widgets

Selasa, 27 Desember 2011

SEBATAS KEJUJURAN

Siang itu, saat bel istirahat berbunyi. Seperti biasa Vina segera pergi menuju taman sekolah menemui Dikha, cowok yang kira-kira baru tiga bulan menjadi pacarbya. Sambil membawa box makan berwarna biru muda, diapun duduk menunggu Dikha dating menemuinya tetapi kali ini Vina sangat terkejut karena dia melihat Dikha bersama cewek yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sedang asyik jalan sambil mengobrol tepatnya dihadapannya.

“Dikha…!” teriak Vina sambil melambaikan tangannya, tetapi Dika tetap menghiraukan panggilannya Vina, dia terus berjalan bersama cewek itu tanpa menghiraukan Vina.

“Kok Dikha cuek sich! Padahal aku iudah masakin makanan ni buatmu” kata Vina sambil menatap kecewa box biru itu diapun kembali menuju kelasnya.

“Vin kamu kenapa? Sedih banget kelihatannya !” Tanya Irvan sahabat dekatnya.

“Tidak apa-apa kok Van, oh ya nich ada makanan buat kamu, abisin aja!” ucap Vina sambil menaruh box yang tadinya mau diberikan pada Dikha, di meja Irvan.

“Wah, makasih yah Vin, kamu banget banget deh, pasti nanti aku abisin kok!” ucap Irvan. “Vin biasanya kalau jam segini kamu lagi makan berdua di taman sama Dikha, kok tumben banget hari ini?” Tanya Irvan heran.

Tiba-tiba wajah Vina berubah panic mendengar pertanyaan Irvan. Karena dia tahu, kalau dia diceritakan masalah tadi, pasti akan marah besar.

“Tadi memang kita tidak ketemuan soalnya Dikha sedang rapat Osis” ujar Vina bohong. Beberapa kemudian bel msukpun berbunyi dan Vina pun langsung duduk di tempatnya.

Akhirnya bel pulangpun berbunyi. Vina segera keluar dan sengaja menunggu Dikha di depan gerbang sekolah. Diapun hendak menanyakan hal yang mengganggu pikirannya tadi. Tiba-tiba Vina melihat cewek tadi sudah berada di motornya Dikha sambil melambaikan tangannya pada Dikha “duluan yah Kha, tank’s banget!”.

“Dikha ….!” Panggil vina setelah cewek itu pergi.

“Vin…. Kamu nunggu aku?” Tanya Dikha sambil berjalan menghampiri Vina.

“Ya begitulah, pulang yuuuk?!” ajak Vina tanpa ragu-ragi.

“Waduh! Hari ini aku tidak bisa saying. Aku ada rapat osis siang ini. Kamu kan tahu, aku ini ketua osis, jadi aku harus sering bgadain rapat supaya sekolah kita ini lebih maju kamu ngerti kan?” jelas Dikha.

“Aku ngerti banget kok, tapi ada satu hal yang ingin aku tanyakan “, ucap Vina sedikit ragu.

“Ngomong saja saying, pasti aku jawab!” ucap Dikha dengan entengnya.

“Gadis itu…..!

“Vanes maksud kamu?” Dikha langsung menyelanya.

“Dia itu salah satu anggota osis, dia sering rapat bareng sma aku”, ucap Dikha tanpa menghiraukan perasaan Vina yang sebenarnya tidak suka mendengarnya.

“Oh gitu! Ya udah kalau begitu sekarng aku pulang dulu yah”. Dan akhirnya Vina pulang sendirian tanpa Dikha.

Keesokan harinya, kelas Vina dikejutkan dengan siswa baru yang cukup tampan, pendiam dan dududk di deretan paling belakng. Bel masukpun berbunyi dan pelajaran pertama oleh bu Dina dimulai dengan memberikan kesempatan siswa baru itu memperkenalkan dieri, ternyata namanya indra, dia pindahan dari luar derah. Lalu pelajaran dilanjutkan kembali sampai bel istirahat berbunyi.

Seperti biasa, Vina segera mengambil box makan untuk Dikha menuju taman. “Hai Vina?” Indra bertanya pada Vina yang baru tadi dikenalkan Irvan.

“Hai juga! maaf ya ndra aku harus pergi soalnya aku ada janji sama temanku.”

“Tidak masalah” ujar Indra pada Vina.

“Dikha kemana yah? Ko ngga ada sich!” kata Vina dalam hati karena Dikha tidak dating lagi ketaman.

“Vita…!” tiba-tiba Vina memanggil teman kelasnya.

“Tahu Dhika sekarang diman? Soalnya aku tungguin disini dianyya belum datang juga .”

“Katanya sich di kantin deeh.”

Dilapun mengikuti saran Vita, untuk mencari Dikha di kantin.

“Loh, itukan Dikha kok dia sama cewek itu lagi sich?”

“Diakan udah janji mau nemuin aku di taman sekolah” ucap Vina

Yang terkejut melihat Dikha bersama Vanes sedang makan bersama di kantin.

Vinapun mencoba menahan emosinya dan meninggalkan kantin menuju kelas sambil menahan air matanya.

“Vina….! Tadi aku lihat kamu di taman, sambil bawa box makanan. Kamu kalau istirahat selalu ketaman yah?” Tanya indra yang baru saja memasuki kelas dan menghampiri Vina. Vina hanya diam.

Tak beberapa lama, Irvan datang dan menghampiri meja Vina, “dah Vin! Makananmu belum dimakan tuh? Mending buat aku aja lagian Dikha pasti udah kenyang makan di kantin sama cewe barunya.” Dengan sengaja Irvan Menyindir Vina.

“Maksud kamu apa, Van? Ujar Vina sambil berdiri dan memukul meja dengan keras. “dengar yah Van, Dikha itu gak mungkin khianatin kau, kamu sebagai teman aku seharusnya dukung aku dong, bukan malah mojokin kaya gini!” ucap dila penuh emosi sambil keluar menuju toilet untuk mengeluarkan air matanya.

“Ko kamu begitu sih Van sama Vina?” Tanya Indra heran pada Irvan.

“Biarin aja Ndra, biar Vina sadar kalau selama ini penilaian dia ke Dikha itu salah besar. Dari dulu aku nggak pernah setuju dia jadian sama Dikha. Dia tuh orangnya sombonh yang jelas dia udah sering banget nyakitin Vina,” jelas Irvan.

“Memang Dikha siapa sih?” Tanya Indra.

“Dia tuh ketua osis di sekolah ini, jadinya semua orang kenal dia deh, kecuali kamu yang baru sekolah di sini.

Setelah bel masuk, Vina kembali ke kelas dan duduk kembali tanpa menghiraukan segala pertanyaan Irvan dan Indra. Sampai bel pulang berbunyi, mereka tetap diam. Vina menunggu kembali Dikha di depan gerbang sekolah untuk meminta penjelasan. Tetapi sudah tiga jam, Dikha tak kunjung ditemuinya di depan gerbang sekolah. Tanpa sepengetahuan Vina, ternyata Indra mengawasinya karena Indra khawatir padanya. Mungkin pertama Indra mulai menyukai Vina dan memeperhatikannya.

Akhirnya Dikha keluar dan berjalan menuju gerbang. Dari kejauhan Vina masih melihat Dikha bersama Vanes lagi.

“Dikha…!” Vina memanggil Dikha yang sudah sampai di depan gerbang bersama Vanes, “aku mau ngomong sama kamu sebentar!”

“Hmmm… tunggu sebentar ya nes, ada urusan dikit.” Dikha meminta ijin pada Vanes.

“Jadi kata orang-orang bahwa Vanes pacar baru kamu itu bener?” Tanya Vina penuh emosi.

“Itu nggak bener Vin sini aku jelasin.” Dikha mengelak sambil menarik Vina untuk menjauhi Vanes agar pembicaraan mereka tidak terdengar.

“Udahlah Kha, semua ini udah terbukti kamu gah usah menutupinya”, ujar Vina masih penuh emosi.

“Dengerin aku Vin, ini cara tepat untuk memajukan progam osis di sekolah kita agar lebih maju, soalnya Vanes itu anak dari pembina osis kita yang sekarang.” Jelas Dikha panjang lebar. Vinapun terdiam, mempertimbangkan penjelasan Dikha.

“Tolong kamu ngertiin kamu kan udah janji mau dukung aku terus!” sambung terus menyakinkannya. “Maafin aku saying, aku ngerti hal ini hal yang sulit bagi kamu. Mulai sekarang aku ngga akan melarang kamu deket sama Vanes, karena aku yakin tujuan kamu itu baik,” ucap Vina dengan bijak. Akhirnya mereka kembali menemui Vanes di depan gerbang, tetapi Vanes sudah tak ada di sana.

“Loh Vanes di mana Vin?” Tanya Dikha panic.

“Mana aku tahu, tadi kan dia di sini, Kha”.

Dilapun terbawa suasana. Namun setelah dicari-cari Vanespun tidak ditemukan. Dikhapun mencoba menelponnya. Ternyata Vanes marah karena dia gak mau menunggu Dikha terlali lama sendirian.

“Kenapa saying?” Vina panic melihat Dikha.

“Ini semua gara-gara kamu Vin, yang terlalu mengatur aku untuk bergaul sama siapa aja, jadi Vanes pergi.

“Maafin aku Kha, aku gak tahu kalau nantinya akan seperti ini”, ucap Vina sambil menteskan air mata.

“Cukup Vin, lebih baik kamau simpen aja aku nggak butuh nasehat yang gak penting dari kamu. Pokoknya ini semua gara-gara kamu!” sambung Dikha dan meninggalkan Vina begitu saja.

“Maafin aku Kha, jika ini semua menghancurkan rencana kamu, aku gak tahu kalau akhirnya seperti ini.” Ucap Vina masih menangis. Lalu Vina pun duduk di bangku bawah pohon yang ada di depan sekolah.

“Hi Vin?” tiba-tiba Indra yang tadinya mengawasi kejadian tadi, dia menghampiri Vina.

“Indra, kamu kok bisa di sini sih?” Tanya Vina sambil mengusap air matanya. “Iya Vin kebetulan abis pulang aku lewat sini dan liat kamu jadi aku putusin buat nemuin kamu” kata Indra bohong.

“Abis kelihatannya muka kamu murung banget kayak abis nangis”. “nggak kok, tenang aja” jawab Vina dengan penuh ketabahan.

“Kamu tegar banget sih Vin, aku jadi kagum dengan kamu,” kata indra dalam hati. “Kalau begitu lebih baik aku anterin pulang yuk, lagian kamu ngapain duduk di bawah pohon terus, entar masuk angina looh!” tawar indra. Akhirnya dengan terbuka Vina menerima ajakan itu.

Keesokan harinya, Vina tetap pergi kesekolah walaupun hatinya masih merasa bersalah atas kejadian kemarin.

“Dikha….!” Vina memanggil Dikha yang kebetulan lewat disampingnya saat memasuki gerbang sekolah. Tetapi Dikhanya diam dan memandang jutek ke Vina. Kemudian Vina yang melihatnya merasa sangat bersalah karena Dikha mulai menjauihnya. Vina memasuki kelasnya masih dengan keadaan bingung.

“Vin maafin aku ya? Kemarin omongan aku dan bikin kamu sakit hati, seharusnya aku gak boleh emosi kayak gitu”, ucap Irvan sambil mengulurkan tangannya untuk meminta maaf.

“Gak apa-apa kok, aku tahu khawatir sama aku kan?” jawab Vina memaafkannya.

“Van, aku boleh curhay sama kamu kan sekarang?” pinta Vina pada Irvan, dan dengan terbuka Vinapun menceritakan seluruh masalahnya kepada Irvan.

“Tuh kan bener Vin, dia tuh egois. Buktinya dia gak pernah mikirin perasaan kamu, dari dulu dia selalu minta kamu ngertiin dia. Sekarang. Dia meminta kamu ngertiin dia lagi pedekate sama Vanes, gitu?” Tanya Irvan.

“Itu dah keterluan Vin, ini berarti ada yang tidak beres. Nanti sepulang sekolah kita pulang bareng yah, sama Indra juga. Aku mau memastiin sesuatu,” ucap Irvan yang membuat Vina heran, kemudian saat pulang sekolah , seperti yang dijanjikan merekapun menunggu Dikha dibangku taman yang terhalang oleh pohon yang menghadap kea rah lapangan.

“Van, ngapain sih kita duduk ngintip-ngintip disini, kaya orang stress gitu tahu!” kata Vina mulai heran.

Tiba-tiba Irvan menunjukan kearah lapangan. Vina dan Indra pun penasarn dan melihatnya.

“Terima kasih nes, kamu dah mau terima tawaran ini sekaligus cinta aku dihatimu”. Ungkap Dikha kepada Vanes di bangku taman sambil berpegangan tangan. Kemudian Vina yang masih mengintip di balik pohon besar, mendengarkan pambicaraan mereka. Vina merasa sakit hati dan kecewa pada Dikha.

“Kenapa aku bodoh banget yah ndra! Mau mempertahankan Dikha untuk diriku sendira. Padahal dari dulu dia gak pernah perhatian sama aku, yang dia pikirin Cuma osis dan osis.” Kata Vina menangis sambil mengeluarkan isi hatinya yang sangat kecewa atas perlakuan Dikha kepada Indra.

“Aku mohon jangan menangis Vin!” sebab orang yang saying sama kamu masih banyak kok, walaupun bukan pacar tetapi setidaknya mereka nggak pernah nyakitin kamu. Jadi, jangan menjadikan inji sebagai alat untuk mengeluarkan rasa kecewamu sewaktu-waktu ya Vin” ucap Indra “tetep semangat yah” ucap Irfan dan Indra.

“Ya ndra, van mulai sekarang aku bakalan tetep semangat demi orang-orang yang saying sama aku” ucap Vina dengan penuh kesabaran. Akhirnya Vina memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan Dikha dan menjalani kehidupannya dengan mandiri tanpa seorang yang sepesial.

TINGGALKAN KOMENTAR

RAJA E-BOOK GRATIS

RAJA E-BOOK GRATIS
Kumpulan e-book gratis

Blogger templates

Copyright © 2011 Bunnybone . Designed by RidhoGumilang - UTY-Teknik informatika G | Code by @BUBONE_78 | Images by by BB78 Corporation